Connect with us

Berita Terkini

Dian Purnomo, Novelis yang Rela Ilmunya Dibayar dengan Pelestarian Lingkungan di Tomohon

Penulis buku Dian Purnomo berjudul “Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam” itu rela bagikan ilmunya dengan bayaran pelestarian Lingkungan Hidup.

Published

on

Ilustrasi: Novelis, Dian Purnomo.

TOMOHON, – Nuansa Alam Kota Tomohon, dengan suhu yang teramat sejuk, menarik perhatian Novelis ternama Dian Purnomo.

Pasalnya, ketika mengunjungi Tomohon, penulis buku berjudul “Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam” itu rela bagikan ilmunya dengan bayaran pelestarian Lingkungan Hidup.

“Diskusi ini nggak gratis, kalian harus bayar. Ya, bayar dengan melestarikan Lingkungan Hidup di Tomohon,” ungkap Mbak Dian sapaan akrabnya, ketika bertatap muka dengan Penulis-penulis didataran kaki gunung Lokon.

Mantan pekerja radio yang dibesarkan oleh grup Prambors dan FeMale ini menyebut, nuansa Alam di Kota Tomohon harus terus dilestarikan. Dia berpesan, akan menagih bayaran yang telah membeli ilmunya itu.

“Saya akan menagih bayaran itu. Saya minta, tuliskan cerita dan sertai foto kegiatanmu sedang melestarikan lingkungan hidup,” pintanya, Jumat (09/8/2022).

Dian juga bercerita, kunjungannya di Tomohon merupakan kesan yang amat baik. Sebab, dataran yang dikelilingi dengan gunung-gunung hijau, sangat memanja mata penulis itu.

Tak hanya kagum dengan alam, wanita kelahiran 19 Juli 1976 itu mengaku bangga dengan kemampuan Penulis-penulis di Tomohon.

Hal itu dikatakan Dian, ketika berdiskusi dengan komunitas Literasi MAPATIK dan PUKKAT, dengan pembahasan Novel karyanya yang berhasil menempuh lebih dari 11.000 copy.

Dari pemantauan media ini, diskusi itu berlangsung seru. Segala masukan dan sharing tentang penulisan terpapar secara sambung-menyambung.

Diakhir sekmen, Dian Purnomo memberi tantangan menarik kepada para penulis. Dia meminta sebuah tulisan paragraf tentang kehidupan masa kecil, dan kehidupan tentang sebuah kegelisahan saat ini.

Tantangan itu pun diterima para penulis. Tak lebih dari setengah jam, tantangan Dian Purnomo tuntas, dan membuat penulis cantik itu terkagum-kagum.

“Meski capek karena harus lewati perjalanan yang terbilang jauh, saya tetap merasa terhibur dan semangat ketika berdiskusi dengan teman-teman,” tutur Dian, penulis yang telah menulis 9 novel dan antologi cerita pendek.

Dian berharap, ketika mengikuti diskusi penulisan ini, penulis-penulis Tomohon dapat melahirkan karya tulis baru. “Jangan simpen sendiri karyamu. Tetap menulis, kemudian terbitkan!,” tegasnya.

Untuk diketahui, dalam kegiatan diskusi “Belajar Menulis Bersama Dian Purnomo”, dihadiri oleh para pegiat Sastra dan Literasi Tomohon – Minahasa. Bertempat di Sekertariat PUKKAT, dan berlangsung kurang lebih 5 Jam.

Penulis: Richard Ering.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *