TOMOHON, – Pemerintah kota (Pemkot) Tomohon dibawa pimpinan Wali Kota Caroll Senduk, SH terus berupaya dalam menekan angka stunting di dataran kaki gunung Lokon.
Namun, dalam penanganannya, masih ada kendala yang dihadapi dalam menekan angka hingga ke Zero Stunting.
Seperti yang dipaparkan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga berencana (PPKB) Daerah Kota Tomohon, Mareyke Manengkey. Ia menyebut, ada beberapa hal yang dapat menyumbang angka stunting.
“Salah satunya perkawinan dini yang terjadi pada anak-anak remaja, tentu akan berdampak pada sang bayi, karena termasuk ibu hamil yang beresiko,” kata Mareyke, Kamis (13/2/2025).
Ia menuturkan, dikatakan beresiko, lantaran di usia dini belum memiliki keahlian dan tidak memahami cara mengasuh bayi yang benar. “Apalagi soal gizi dan hal yang menyangkut hidup sehat pada bayi,” terangnya.
Itu sebabnya, dinas PPKB akan melakukan pencegahan untuk menangani hal itu. “Kami akan gencar memberi edukasi bagi masyarakat soal pencegahan stunting ini,” kata Mareyke.
Bukan hanya itu, ia menuturkan, pihaknya bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sementara menjalankan program “Aksi Mapalus”.
“Aksi ini sudah kami jalankan dari tahun 2024 lalu, dan tentu aksi ini akan kami pertahankan hingga di tahun yang berjalan ini,” tuturnya, kepada wartawan di ruang rapat PPKB Daerah Kota Tomohon.
Ia juga menuturkan, inovasi cemerlang ini telah membawa kota Tomohon mendapatkan penghargaan di tahun 2024.
“Ya, ada penghargaan 8 aksi konvergensi stunting, dan penghargaan kinerja terbaik dengan kasus stunting terendah di Sulawesi Utara,” beber Mareyke.
Diharapkan, kerjasama antar SKPD ini terus bertahan hingga mencapai target ke Zero Stunting. “Mari kita saling topang-menopang, baku Mapalus, untuk menyelamatkan masa depan anak di kota religius ini,” tukasnya.