TOMOHON, – Isu Demam Babi Afrika yang melanda daerah nyiur melambai, berakibat fatal bagi perekonomian peternak dan pedagang daging babi di Sulawesi Utara (Sulut).
Itu sebabnya, Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Ir Stefanus BAN Liow MAP mendesak pemerintah untuk turun tangan terkait masalah ini.
Pasalnya, pasca Flu Babi atau African Swine Fever (ASF) bikin peternak dan pedagang daging babi menjerit, keluhkan turunnya harga daging.
Parahnya lagi, akhir-akhir ini, ternak babi mati mendadak dalam jumlah besar baik di Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan dan Minahasa Utara.
Akibatnya, harga tenak babi anjlok hingga titik yang sangat rendah. Sehingga, harga jual sudah tak lagi sesuai dengan harga pakan yang terbilang mahal.
Ditegaskannya (Senator-red), pemerintah harus segera melakukan penanganan karena sangat berdampak pada perekonomian daerah dan nilai tambah keluarga, terutama para peternak dan pedagang.
‘’Harus ada langkah serius dalam penanganan ASF. Karena, dari awalnya tidak ada kasus, namun pada akhirnya sudah ada kasus. Ini kemungkinan besar lalulintas ternak babi tidak dijaga ketat terutama di perbatasan masuk Wilayah Sulawesi Utara,’’ kata SBANL.
Ke depan, kata Senator, kiranya pemerintah dan Perbankan dapat membantu petani yang saat ini mengalami kerugian karena menjual ternaknya di bawah harga sebenarnya.
Informasi yang diterima, beberapa daerah di Sulawesi Utara seperti Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Tomohon, dan beberapa daerah lainnya, harga jual ternak babi anjlok.
Bahkan sampai ada yang dijual Rp100 ribu/8 kilogram. Padahal, harga jual normal seperti di ritel-ritel modern, masih berkisar Rp55 ribu hingga Rp65 ribu perkilogram.
Perlu diketahui, Senator SBANL merupakan Anggota DPD RI dapil Sulut yang membidangi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Ekonomi lainnya, termasuk mitra kerja Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Kini, menjabat ketua Badan Urudan Legislasi Daerah (BULD) DPD RI.